Saturday, July 21, 2012

konsep charger baterai tipe pwm

Pada tulisan sebelumnya sudah dibahas mengenai konsep pengisian baterai dengan tipe on/off. Dan pada kesempatan kali ini akan dibahas konsep pengisian baterai dengan menggunakan pwm. Sesuai dengan namanya yaitu pwm, kontroller pengisian baterai ini menggunakan konsep pwm pada beberapa tahapan pengisian baterai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ilustrasi gambar dibawah ini.

Gambar 1.

Konsep pengisian baterai yang baik haruslah mengikuti karakteristik kurva seperti yang terlihat pada gambar diatas, dimana tahapan pengisian terdiri dari dua tahapan utama, yaitu constant current dan constant voltage. Apa itu constant current dan constant voltage?

Constant current adalah suatu kondisi dimana charger akan memberikan arus pengisian yang tetap selama selang waktu tertentu hingga baterai mencapai suatu nilai tegangan yang ditetapkan. Biasa dikenal juga sebagai tahap atau fasa bulk, dimana baterai akan diberikan arus konstant hingga baterai terisi hingga 75-80%.

Constant voltage adalah suatu kondisi dimana ketika baterai sebelumnya sudah mencapai batas tegangan tertentu pada saat terjadi constant current, pada kondisi ini tegangan baterai akan dipertahankan hingga harus pengisian baterai mendekati nol. 

Untuk tipe baterai basah dan baterai kering, pada tahapan CV(constant voltage) terdapat 3 tahapan, yaitu absorption, equalizing, dan float ( tricle voltage ).

1. absorption, adalah fasa dimana baterai sudah mendekati full (75%-80%), pada fasa ini baterai akan diisi  dengan arus yang lebih kecil hingga mendekati full. Pada tahapan absorption ini umumnya hanya berlansung selama 2 jam saja, karena pada fasa ini tegangan baterai tinggi dan bisa menyebabkan gassing pada baterai, sehingga tidak baik jika terlalu lama. Umumnya nilai tegangan absorption sekitar 14.2 - 14.8V.
2. float ( tricle ), adalah fasa dimana baterai boleh diisi dalam jangka waktu yang lama, namun karena tegangan baterai dipertahankan tidak terlalu tinggi sehingga masih tetap aman untuk baterai itu sendiri. umumnya untuk tegangan float ini berkisar dari 13.2V - 13.6V.
3. equalizing, adalah fasa yang biasa dilakukan untuk menyeimbangkan kembali tegangan antar sel-sel baterai (perawatan baterai). Untuk baterai basah umumnya setiap 3 bulan sekali, dengan nilai tegangan 14.8V selama 2 jam.

sebagai catatan: nilai settingan tegangan absorption, float, equalizing akan berbeda-beda tergantung dari tipe baterai dan juga pabrikan. pada umumnya tertera pada spesifikasi baterai dari pabrikan baterai.






Wednesday, July 20, 2011

Komponen penilaian untuk sertifikasi SNI Solar Charge Controller


Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tentang konsep dari charging baterai (Part 1), tentunya belumlah lengkap untuk mendesain suatu charger baterai tanpa mengetahui standar nasional mengenai charger baterai tersebut. Berikut akan diuraikan beberapa komponen penilaian untuk sertifikasi SNI solar charger controller, sesuai dengan SNI-04-6391-2000.

Blok diagram rangkaian uji yang dilakukan oleh Balai BesarTeknologi Energy ( B2TE - BPPT).

gambar 1.

Untuk PV (solar panel/solar modul) disimulasikan dengan menggunakan Power supply dengan konfigurasi sebagai sumber arus. sedangkan unt
uk baterai disimulasikan dengan 1 unit power supply dan juga 1 unit dummy load. Sedangkan untuk beban disimulasikan dengan menggunakan d
ummy load. Sehingga dalam pengetesan ini dibutuhkan 2 unit power supply dan 2 unit dummyload.

Point-point pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Uji konsumsi diri
  2. Uji switching / kompensasi arus
  3. Uji tegangan jatuh pada sisi PV-baterai dan pada sisi baterai-beban
  4. Uji ketahanan pada kondisi maksimum, yaitu dengan memberikan input arus maksimum dan beban arus maksimum charger selama 1 jam
  5. Uji proteksi beban lebih (overload)
  6. Uji polaritas terbalik
Berikut adalah penjelasan masing-masing point diatas.
1. Uji konsumsi diri

kondisi pengetesan :
1. baterai disimulasikan dengan power supply
2. beban tidak dihubungkan
3. PV tidak dihubungkan

tabel pengukuran
Vbat (V) Ibat Keterangan
(L -> H) mA
10
10,5
11
11,5
12
12,5
13
13,5
14
14,5
15

Vbat (V) Ibat Keterangan
(H -> L) mA
15
14,5
14
13,5
13
12,5
12
11,5
11
10,5
10

catatan : Konsumsi diri harus lebih kecil atau sama dengan 10mA untuk bisa
lolos SNI.

contoh pengukuran

2. Uji switching dengan kompensasi arus
Pada pengujian ini dilakukan 2 jenis pengujian switching, yaitu batas atas dan
batas bawah.
Batas Atas
Pengujian batas atas ini untuk mengetahui nilai cut off dan rekonek voltage
pada saat pengisian.
Pengujian dilakukan dengan melakukan setting PV simulator dengan arus
10%, 50%, dan 100%.

tabel pengukuran
Tegangan Threshold Ipv 10% Ipv 50% Ipv100%
Voltage Regulation (cut off) V V V
Reconnect Voltage (ARV) V V V

contoh pengukuran

Batas Bawah
Pengujian batas bawah ini untuk mengetahui nilai low voltage load disconnect
(LVD) dan juga load reconnect voltage (LRV). Pengujian dilakukan pada
arus beban 10%,50%, dan 100%.

Tegangan Threshold Ipv 10% Ipv 50% Ipv100%
LVD V V V
LRV V V V

Contoh pengukuran
Catatan : selisih nilai tegangan threshold pada arus 10%,50%,dan 100%
harus +/-0,1 untuk bisa lolos SNI.

3. Uji tegangan jatuh
Pada pengujian ini masing-masing input channel dan output channel pada
Charger dipasang voltmeter. Pengujian dilakukan pada arus PV dan arus
beban 10%, 50%, dan 100%.

Contoh pengukuran
catatan: nilai tegangan jatuh harus lebih kecil dari 0,6V untuk dapat lolos SNI.

4. Uji Ketahanan
Pada uji ketahanan ini Arus PV dan arus beban diset pada titik maksimum
charger. Lama pengujian selama 1 jam. dan temperatur diukur pada komponen
daya atau heatsinknya.

contoh hasil pengukuran

Catatan : tidak ada nilai standar temperatur yang tertinggi, yang dilihat adalah
kestabilan temperatur saat bekerja.

5. Uji Overload
Uji arus lebih ini ditujukan ketika ada pemakaian arus lebih dari kemampuan
maksimum charger, dan charger dapat memproteksi dirinya sehingga tidak
rusak.
contoh pengukuran

6. Uji Polaritas Terbalik
Pengujian ini bertujuan untuk mengecek proteksi charger ketika terjadi salah
pemasangan polaritasnya.

contoh pengukuran

Solar Charge Controller ( On Off type )

Solar Charge Controller merupakan charger baterai yang inputan atau sumber untuk pengisian baterainya berasal dari solar panel / solar modul. secara garis besar ada beberapa tipe charger ini, yaitu On-Off, Constant Current Constant Voltage, dan juga MPPT.


Gambar diatas merupakan skema pemasangan dari solar charge controller, dimana solar panel sebagai inputan (sumber arus) solar charge controller yang mengatur pengisian dan juga penggunaan beban. dan juga lampu yang digunakan sebagai beban.

apa fungsi dari charger itu sendiri ?
1. untuk menjaga baterai dari kelebihan pengisian
2. untuk menjaga baterai dari kelebihan pengosongan
3. mengatur secara otomatis kapan beban bisa dihubungkan atau dimatikan

beberapa istilah yang digunakan dalam charger baterai untuk tipe on-off
Voltage Regulation (VR) set point
VR set point didefinisikan sebagai batas tegangan maksimum baterai yang diperbolehkan pada saat pengisian untuk menghindari kelebihan pengisian. ketika kontroller sudah mendeteksi tegangan baterai mencapai titik VR ini, maka kontroller akan memutuskan koneksi pengisian dari solar panel.

Array Reconnect Voltage (ARV) set point
Ketika kontroller sudah mendeteksi VR set point, maka kontroller akan memutuskan koneksi pengisian dari solar panel. pada saat tersebut level tegangan baterai akan turun ( level tegangan baterai turun diakibatkan oleh sejumlah pemakaian pada beban atau pun disebabkan oleh self discharge baterai itu sendiri ) hingga mencapai level tegangan tertentu, dimana pada level tegangan tersebut kontroller akan menghubungkan kembali koneksi pengisian, level tegangan beterai ini disebut Array Reconnect Voltage set point.

Voltage Regulation Hysteresis (VRH)
Selisih tegangan antara voltage regulation dengan ARV dikenal sebagai voltage regulation hysteresis. Nilai VRH merupakan faktor yang penting dalam sistem kontrol on-off. Jika histeresisnya terlalu besar, maka baterai akan terputus dari solar panel untuk waktu yang lama dan menyebabkan baterai tidak benar-benar penuh terisi. Dan jika histeresisnya terlalu kecil, dapat menyebabkan kerusakan pada kontroler jika menggunakan komponen elektro mekanikal komponen seperti relay untuk switchingnya.

pada umumnya, besar nilai histeresis yang digunakan pada beberapa produk charger kontrol on-off berkisar antara 0,4 hingga 1,4 volt untuk sistem tegangan baterai 12Volt.

Low Voltage Load Disconnect (LVD) set point
Pada saat baterai berada pada kondisi pengosongan, level tegangan baterai akan turun hingga mencapai titik tertentu, dimana pada titik tersebut baterai sudah tidak diperbolehkan untuk dilakukan pengosongan lagi. Pada level tersebut kontroler akan memutuskan hubungan dengan beban. Level tegangan baterai pada kondisi ini dikenal sebagai Low Voltage Load Disconnect set point atau lebih dikenal LVD.
Load Reconnect Voltage (LRV) set point
Pada saat level tegangan baterai telah mencapai level LVD dan kondisi solar panel dapat melakukan pengisian, maka kontroller akan melakukan pengisian sehingga level tegangan baterai pun akan naik. pada saat level tegangan baterai telah mencapai suatu titik tertentu kontroler akan menghubungkan kembali beban. Pada titik inilah dinamakan sebagai Load Reconnect Voltage atau LRV.

Low Voltage Load Disconnect Hysteresis (LVDH)
Beda tegangan antara titik LRV dengan LVD dinamakan sebagai Low Voltage Load Disconnect Hysteresis. Hysteresis pada titik ini pun merupakan faktor yang penting. Jika hysteresis yang digunakan terlalu besar, umur baterai akan lebih panjang karena pengunaan baterai akan berkurang ( pengosongan berkurang ), tetapi akan mengurangi jam kebutuhan pengunaan beban. Sedangkan ketika hysteresis diset kecil, akan terjadi proses switching yang cepat pada level tegangan baterai yang rendah, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada lampu atau kontroller, dan memperpanjang waktu untuk baterai bisa benar-benar penuh ketika pengisian.

Secara garis besar sistem kerja dari kontrol on off dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Shunt dan Series Controller
Berdasarkan dari cara kerja dalam proses switching antara kontroller dengan solar panel, dapat dibagi menjadi dua jenis tipe kontrol, yaitu shunt dan series.

Shunt Controller
Karena solar cell dirancang sebagai sumber arus dan didesain dengan batasan arus tertentu, maka solar cell dapat dihubung singkatkan dengan aman. karena hal inilah yang menjadi dasar sistem kerja dari shunt controller.
Bagan kerja secara umum dari shunt kontroller adalah sebagai berikut.

Dari gambar diatas, dapat dilihat pada bagian kiri gambar terdapat saklar untuk menghubung singkatkan solar panel. sistem kerja dari shunt kontroller ini adalah saklar berada pada posisi off ketika proses pengisian baterai berlangsung, dan saklar berada pada posisi on ketika kontroller menghentikan proses pengisian pada baterai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam shunt kontroller ini adalah kemampuan dari saklar yang digunakan terhadap arus maksimal panel dalam keadaan terhubung singkat. data arus solar panel dalam keadaan terhubung singkat bisa kita dapatkan pada saat pembelian solar panel, yang biasanya disimbolkan dengan Isc ( I short circuit).

Series Controller
Sesuai dengan namanya, tipe kontrol ini menghubungkan saklar secara seri dengan solar panel, tidak seperti shunt yang dihubungkan secara parallel. Tipe kontrol ini yang pada umumnya digunakan oleh beberapa produk solar charge controller. Secara umum bagan kerja dari series kontroller adalah sebagai berikut.
Secara umum kerja dari tipe ini adalah pada saat kontroller melakukan pengisian maka saklar series element dihubungkan, begitu pula sebaliknya jika kontroller ingin memutuskan koneksi antara solar panel dengan baterai, maka saklar series element diputuskan.

Secara umum prinsip kerja dari solar charge controller tipe on off adalah seperti yang sudah dijelaskan diatas. Untuk merancang charger on off ini dapat dibuat dengan menggunakan mikrokontroller atau pun hanya dengan menggunakan IC op amp (operational amplifier) yang difungsikan sebagai comparator dengan histeresis.

to be continue.....
Next Part -- Komponen penilaian untuk sertifikasi SNI Solar Charge Controller

Referensi :
Dunlop, James P, Batteries and Charge Control in Stand Alone Photovoltaic Systems Fundamentals and Application. Florida Solar Energy Center. Paper was Prepared for Sandia National Laboratories. January 15, 1997.

Friday, November 20, 2009

Toolbox standar pada visual basic bagian 1

Dalam sebuah form standar project pada visual basic, pada sisi sebelah kiri terdapat kolom toolbox standar yang telah disediakan oleh visual basic. Berdasarkan gambar dibawah setidaknya ada 20 toolbox standar yang telah disediakan oleh visual basic. Apa saja toolbox tersebut dan apa saja fungsi dari toolbox standar tersebut. Mari kita bahas satu persatu.

Label

Beberapa properties yang perlu diketahui :











Name Nama dari object yang akan kita gunakan pada halaman code.
Alignment Menentukan tulisan dari properti caption yang akan tampil rata kiri, rata kanan, atau ditengah.
BackColorProperties ini akan mengatur warna backgound dari label ataupun command button. Klik pada BackColor's maka akan muncul panah kebawah, yang ketika diklik akan memberikan daftar warna yang telah disediakan oleh windows.
BackStyle Menentukan tipe background dari objek, apakah akan transparant atau tidak.
CaptionMemegang teks yang muncul command button.
EnableMenentukan apakah command button aktif. Sering kali, Anda akan mengubah properti saat runtime mengaktifkan dengan kode untuk mencegah pengguna menekan tombol.
FontMenampilkan Font kotak dialog di mana Anda dapat mengatur font tulisan nama, gaya dan ukuran.
ForeColorMenentukan warna tulisan yang akan tampil.
Height Besarnya tinggi dari command button.
Leftkoordinat posisi paling kiri dari objek terhadap form.
MousePointerMenetapkan icon pointer mouse ketika berada diatas objek.
StyleMenetapkan Command Button yang muncul sebagai jendela standar kotak dialog atau gambar grafis.
Tab indexMenentukan urutan tombol perintah pada tab urutan.
Tab StopMenentukan apakah objek ini dapat di tab atau tidak.
TopKoordinat posisi paling atas objek pada form.
Tool Tip TextAkan memunculkan deskripsi singkat dari objek ketika pointer mouse berada diatas objek.
VisibleAkan menentukan objek terlihat atau tidak.
WidthBesar lebar dari suatu objek


Command Button











Beberapa properties yang perlu diketahui :


Cancel Determines whether the command button gets a Click event if the user presses escape Menentukan apakah tombol perintah mendapat peristiwa Klik jika user menekan escape.
DefaultMenentukan jika tombol perintah menanggapi masukan dari keypress atau tidak, bahkan jika kontrol lain memiliki fokus.
EnableMenentukan apakah command button aktif. Sering kali, Anda akan mengubah properti saat runtime mengaktifkan dengan kode untuk mencegah pengguna menekan tombol.
PictureMenetapkan gambar pada background command button, ketika properti style diset pada menu grafis.
StyleMenetapkan Command Button yang muncul sebagai jendela standar kotak dialog atau gambar grafis.

Wednesday, November 11, 2009

Compass Active X control

Some properties of the compass.ocx
  • BackColor
  • BackStyle
  • BorderStyle
  • FontColor
  • LineColor
  • Linewidth
  • Value
if you want to try this active x, you can download from this compass.ocx